"The right side of the road"
Salah satu persiapan keberangkatan ke kotaku yang baru ini adalah mengingatkan diri sendiri bahwa peraturan lalu lintas di kota ini akan berbeda jauh dari di Indonesia. Tapi persiapan ini hanya persiapan mental yang tidak ada perwujudan fisiknya. Akibatnya aku tidak bisa melatih diri menghadapi lalu lintas di kota ini.
Setibanya aku di kota ini, aku dijemput oleh kolegaku dan langsung dibawa ke mobilnya yang diparkir tidak jauh dari stasiun kereta. Dari stasiun, aku langsung dibawa ke kampus untuk menandatangi kontrak kerja. Setelah itu, aku langsung dibawa ke asrama yang akan menjadi tempat tinggalku hingga tahun depan. Kolegaku memarkir mobil di seberang asramaku sehingga kami harus menyeberangi jalan yang cukup besar, 4 jalur, untuk mencapai asramaku. Inilah awal perkenalanku dengan lalu lintas yang berada di jalur kanan alias "the right side of the road" which, IMHO, is the wrong side of the road.
Begitu melangkahkan kaki ke jalan raya, aku menyeberang dengan menengok ke kanan. Which was quite wrong. Kolegaku memperingatkanku sehingga aku menengok ke arah yang benar. Malam itu aku begitu lelah sehingga tidak terpikir sama sekali untuk keluar rumah.
Keesokan paginya kolegaku menjemputku dan mengantarku membereskan semua urusan administrasi. Salah satunya adalah mendatangi kantor walikota di pusat kota untuk mendapatkan surat keterangan yang dibutuhkan dalam administrasi kantor. Perjalanan ke dan dari pusat kota dilakukan dengan menggunakan bis. Aku merasa lebih percaya diri karena sudah cukup beristirahat sehari sebelumnya.
Maka, tanpa rasa takut aku berjalan menuju halte bis di seberang tanpa melihat ke kanan dan kiri. Kolegaku langsung menarik tanganku karena ternyata lampu penyeberangan masih merah dan dari arah yang berlawanan dari yang kulihat terlihat sebuah mobil melaju ke arahku. Ooopsss.... nyaris saja.
Sore itu aku mengunjungi teman lamaku yang sudah empat tahun di kota ini. Biasa, numpang makan dan ngobrol ngalor ngidul. Aku pulang sendiri dengan menggunakan bis.
Keesokan paginya, aku yang sudah percaya diri bisa naik bis sendiri bangun pagi2 untuk segera ke kampus. Setelah itu tanpa melihat jam, aku langsung berjalan ke halte. Ternyata aku harus menunggu 10 menit untuk bis yang menuju kampus. Hmmm... sepuluh menit. Tapi nggak apa2 deh, daripada terlambat. Begitu pikirku dalam hati. Maka aku pun menunggu di tengah angin dingin yang bertiup cukup kencang di pagi hari itu.
Setelah menunggu selama beberapa waktu, kulihat di kejauhan bis yang harus kutumpangi sudah datang. Wah senangnya. Rasanya seperti anak sekolah yang pertama kali masuk SD. Dengan semangat aku melambaikan tangan agar bis itu berhenti. *Kebiasaan di Indonesia nggak bisa hilang, padahal nggak usah dikasih tanda juga bis bakal berhenti kalau ada orang yang nunggu di haltenya*. Bis berhenti tepat di depan halte........ seberang..... Gue nunggu "on the wrong side of the road" alias di sisi kiri jalan boooooo...... Terpaksa deh nunggu bis berikutnya yang datang setengah jam kemudian..... Dinginnnnn........... :(
4 Comments:
ha2..kacian.. pengalaman berharga deh..
pasang shoutbox!..pasang..pasang..pasang.. he2 maksa..
hi hi hi...bener2 malang nasibmu nak! kebayang kan busnya datang setengah jam sekali....
untuk antisipasi, beli sepeda!!! cepat!
setuju sama Yulin bu...pasang shoutbox!!
hehehe.. iya bu... makanya sekarang saya selalu standby sekitar 5 menit sebelum bus datang.
aku dah coba pasang shoutbox tapi kok ga keluar ya? :((
Post a Comment
<< Home