Hikmah di balik kesulitan
Hal yang kuingat mengenai nenek adalah beliau seorang yang pendiam dan jarang ke luar rumah, kecuali mengantarku dan adik2ku ke sekolah. Keahlian beliau adalah membuat bubur merah dan bubur sumsum. Bubur sumsum buatan beliau tidak seperti bubur sumsum sekarang yang menggunakan pewarna. Bubur sumsum buatan beliau menggunakan pewarna dari daun suji. Aku paling senang membantu beliau menumbuk daun suji dengan lesung. Lesung yang digunakan adalah lesung besar, setinggi kira2 30 cm, dengan penumbuk berupa tongkat kayu yang setinggi nenekku. Nenek juga biasa membuat ulen, atau ketan uli, dengan menggunakan lesung tersebut. Kadang2 aku dan saudara2ku berebut membantu nenek menumbuk beras dalam lesung.
Itu adalah ingatan masa Tk hingga SD. Aku tidak ingat apa yang dilakukan oleh nenek saat aku SMP dan SMA. Mungkin saat itu aku sudah terlalu sibuk dengan diri sendiri sehingga tidak melihat sekelilingku. Tapi beliau masih setia mengantar adik bungsuku ke Taman Kanak-Kanak.
Setelah kuliah, aku semakin jarang memperhatikan nenek. Setelah aku lulus, nenek pindah ke kota yang sama denganku karena ini merupakan kota asalnya. Meskipun rumahku tidak terlalu jauh dari rumah nenek, aku sangat jarang mengunjungi beliau. Jadi, kabar mengenai nenek hanya kudengar dari ibu dan paman serta bibiku.
Suatu hari, ibuku mengajak nenek untuk menginap di rumah. Selama beberapa hari nenek terlihat tenang, hingga suatu pagi kakak menemukan nenek sedang menangis di ruang tamu. Sewaktu kutanya kenapa beliau menangis, beliau menjawab bahwa beliau merasa tidak berguna di rumah ini karena tidak dapat membantu ibuku. Dengan caraku sendiri, aku berusaha membuat nenek merasa tenang dengan menyarankan agar beliau membantu menyapu di rumah. Akhirnya, hari itu dan keesokan harinya, nenek mulai menyapu rumah, dan terlihat mulai tenang.
Dua hari setelah kejadian, kakak yang hendak berangkat bekerja menemukan nenek berpegangan di kusen pintu depan. Sewaktu ditanya, nenek tidak bisa menjawab dengan jelas. Akhirnya nenek dipapah menuju tempat tidur. Sewaktu aku menemui nenek, beliau tidak bisa berbicara dengan jelas. Termakan oleh cerita-cerita mistik yang kutonton di TV, aku dan ibuku menyuruh nenek untuk istighfar. Meskipun demikian, sempat terlintas dalam benak kemungkinan nenek terserang stroke. Di kantor, aku bercerita keadaan nenek kepada rekan kerja, dan beliau menyarankan untuk segera membawa nenek ke dokter karena berdasarkan pengalamannya itu adalah gejala stroke ringan. Aku segera menelepon ke rumah dan meminta ibuku untuk membawa nenek ke dokter.
Nenek kemudian dibawa ke rumah sakit selama dua minggu. Selama itu pula kami, cucu dan anak-anaknya, harus memperkenalkan diri kami pada beliau karena beliau benar2 sudah tidak mengenal siapapun kecuali saudara kandungnya sendiri. Selama itu pula ibu mengambil keputusan membawa nenek pulang ke rumah untuk dirawat hingga sembuh.
Maka, dimulailah hari2 kami dalam merawat nenek. Hari2 yang dipenuhi frustrasi dari kedua belah pihak karena saling tidak memahami satu sama lain, diiringi dengan kelucuan2 akibat kata2 nenek yang kadang2 aneh. Frustrasi karena nenek menggunakan bahasa kolonial yang diingatnya dari masa gadisnya, padahal tidak satu pun di antara anak dan cucunya yang dapat berbahasa itu. Namun, rasa frustrasi hanya sebentar kami alami karena setelah itu kami dan juga nenek belajar untuk menikmatinya. Setelah itu, hari2 dilewati dengan tawa, terutama setelah fisik nenek mulai pulih. Karena seiring dengan kepulihan fisiknya, keceriaan nenek pun bertambah. Alhasil, alih2 mendapatkan nenek pendiam yang biasanya kami miliki, nenek yang sekarang adalah nenek centil yang selalu tersenyum kepada semua orang, menyapa semua orang, dan ikut tertawa bersama kami.
Banyak hikmah yang kudapatkan selama ikut mengurus nenek. Tapi hikmah paling berharga yang kudapatkan adalah kesabaran dan kedekatan kembali dengan nenek tercinta. Sabar dalam menemani nenek yang terbangun jam 3 pagi dan tidak mau kembali tidur. Sabar dalam mengobrol dengan nenek meskipun tidak mengerti apa yang dimaksud oleh beliau. Dan sabar dalam mengajarkan lagi satu per satu keahlian dasar yang hilang, seperti memegang sendok. Sedangkan kedekatan kembali dengan nenek membuatku menyadari akan arti seorang nenek dan juga mengingatkanku pada usia dan kerapuhan manusia.
Sekarang, fisik nenek sudah pulih, bahkan lebih baik dari sebelumnya. Nenek sudah berjalan lebih tegak dari sebelumnya; lebih tangkas dari sebelumnya; dan bahkan sudah bisa memegang gayung berisi penuh air. Hal2 yang sebelumnya tidak dapat dilakukan beliau bahkan sebelum sakit, kini sudah dapat dilakukannya dengan penuh semangat. Nenek pun sekarang lebih banyak berbicara daripada sebelumnya. Sekarang, beliau selalu mempunyai komentar terhadap apa pun yang dikatakan oleh orang lain, hingga membuat anak2nya heran. Suatu hari, salah satu putrinya bertanya kenapa beliau sekarang lebih banyak bicara dibandingkan sewaktu kakek masih ada. Nenek hanya menjawab: “malu” :D
Catatan seorang cucu.
10 Comments:
Marpuah... keren namanya. Btw, aku baca cerita ini jadi inget mbah putirku .. dua2nya dah tidak ada. Kamu bersyukur deh masih punya Mbah. Di suatu saat tertentu, kehadirannya bisa memberi arti lain di kehidupan kita.. ya nggak?
hehehe.. kamu baru sadar kalo namaku marpuah? :D
alhamdulillah nenekku masih ada dua2nya. yang satu pikun, yang lain stroke. yang ada di rumahku adalah yang terkena stroke. dari pengalaman merawat beliau aku jadi belajar menghargai kesehatan dan kesempatan yang aku miliki sekarang ini.
Nggak koq.. aku nyadar kalo itu kamu!he2.. btw, dapet ide dari mana tuh nama?
dapet ide dari orang2 betawi :)) gw pengen tau aja ada ga orang yang bakal nyapa ce dengan nama seperti ini.. ternyata memang jarang... hehehe
eh aku rajin nyapa lho..., kadang2 aku sapa neng marie, kadang2 neng puah. suka2..tergantung mood :D
sekalian ah..nyapa yulini, aku nggak bisa kasih komen dit4-mu. harus punya account FS ya...
akun FS ku palsu sih...hihi.., jadi nggak enak aja
hehehe.. yang aku maksud selain mbak ria, miray, kinoy dan yulin...
makanya, jangan suka memalsukan identitas. akhirnya ketahuan juga.. hihihi.... aku masih tergeli2 kalo ingat bisa nemuin FS nya mbak ria secara tidak disengaja :D
Mbak ria.. aku sebenere pengen hijrah ke blogspot.tapi belum2 dah bete duluan. pengen nginstall shoutbox.. binun mo paste html code yg dikasih dari shoutbox providernya. Akhirnya setelah ku-ublek2 help section dapat juga seh, harus di paste dr page template blognya.. eh salah lagi naruhnya (kebanyakan kode2 kali en nga mudeng bagian2 apa itu).. so jadinya ditengah2 deh.. waduh jadi bete POL deh!tapi ntar deh kucoba lagi.. ato mo bantu kasih hints, mbak?
Lin, bukannya dulu dah punya blogspot? yg chinook itu?
shoutbox yg kalo dari www.shoutmix.com spt yg aku pake, simpel html code-nya, makanya aku pakai. kalo dari yg lainnya, nggak tau deh. Miray kan pakai shoutmix juga.
eh, untuk sementara kita manfaatkan komen box-nya neng Marpu ini sebagai shoutbox :D
btw, bentar lagi jadi ibu ya...senangnyaa...:)
Pertama sorry neh mpok puah.. comment site jadi buat mojok tuk ngegossip :)
mbak2.. iya aku dah punya STABILO blogspot.Akhirnya dgn gembiranya ku-umumkan akhirnya bisa kupasang tuh shoutbox.. he2.. ternyata triknay mesti mlototin tuh html code di blospot dan compare dgn window blog sitenya.. palig nngak bsai diperkirakan mo dipaste dimana tuh shoutbox code.. hepy juga sih bsia nemuin sendiri ...
selamat... selamat lin, akhirnya bisa pasang shoutbox juga.... aku mah belum bisa :(
gpp... aku rela kok comment site ku dijadiin tempat ngrumpi. biar kesannya rame gitu...hehehe
Post a Comment
<< Home