Hujan
Kota kelahiranku akhir-akhir ini selalu diterpa hujan setiap sore. Bisa dibilang, setiap pukul 2 siang hujan mulai turun di kota ini. Bisa berupa hujan gerimis, atau hujan sangat deras yang disertai angin kencang dan kilat. Maunya sih, aku sebut hujan yang disertai angin kencang ini sebagai badai, tapi koran setempat menyebutnya sebagai hujan yang disertai angin puting beliung.
Aku ingat, waktu jaman kuliah dulu, angin sekencang itu dapat menumbangkan pohon-pohon besar yang tumbuh di sekitar rumah sakit. Karena seringnya pohon-pohon besar bertumbangan, maka akhirnya dilakukan peremajaan pepohonan oleh Dinas Pertamanan setempat. Dulu, penebangan pohon yang berfungsi sebagai penghijauan membuatku marah. Karena pohon-pohon yang ditebang biasanya pohon besar berusia tua yang sangat rindang. Aku paling senang berjalan di bawah pepohonan seperti itu, apalagi di kala musim kemarau. Sejuk rasanya.
Tapi biasanya kehadiran musim hujan menyadarkan saya akan pentingnya peremajaan pohon maupun pemotongan dahan-dahan pohon. Seperti yang terjadi pada hujan angin hari Minggu lalu.
Hari itu, aku dan keluarga berniat untuk "cuci mata" di salah satu mall dekat rumah. Namun, belum jauh pergi dari rumah, hujan yang sudah mulai turun. Begitu sampai di dekat mall yang dituju, hujan turun bagai dicurahkan dari langit disertai oleh angin kencang dan kilat. Hujan yang sangat deras membatasi jarak pandang hingga kurang dari 10 m. Dalam sekejap, jalan raya berubah menjadi sungai deras. Di beberapa tempat, ranting dan dahan pohon berjatuhan. Beruntung tidak satu pun dari ranting dan dahan tersebut yang mengenai kami.
Akhirnya kami mengurungkan diri untuk memasuki mall itu dan memutuskan untuk pergi ke alun-alun kota. Dalam perjalanan menuju alun-alun, hujan mereda. Sesampainya di alun-alun, hujan berhenti. Dan sewaktu kami menuju pulang melalui jalan yang sama, jalan yang tadinya berubah fungsi menjadi sungai, sudah kering kerontang. Hanya kehadiran pasir, kerikil, sampah dan ranting serta dahan yang tersisa di sana yang menjadi saksi kekuatan alam yang menerpa kotaku ini.
3 Comments:
masih ujan juga ya neng Mari? di sini ujannya gak sedasyat di sana. Jadi inget jaman kecil, setiap ujan malah keluar bawa shampoo dan sabun, terus asik ujan2an...
Mpok mari.. tulisanmu mengingatkanku pada kebiasaan keluargaku di jakarta. Kalo hujan2 biasanya kita nunggu pangsit yg lewat depan rumah, asyik deh.. rame sambil ngerumpi sana-sini.. aduh masih Oktober deh aku bsia ngrasain ini...
miray,
nggak nyangka kamu hobinya mandi hujan.... bandung dah kekurangan air ya jaman kamu kecil dulu :D
yulin,
jangan lupa kontak2 kalo datang bulan oktober ya...
Post a Comment
<< Home