Bunyi #2
Kembali ke masalah bunyi. Selain "bunyi" yang sudah pernah saya bahas, ada juga bunyi yang berarti suara. Begitu banyak suara yang ditangkap oleh telinga manusia dan kemudian dicerna oleh otak. Saat ini, saya bisa mendengar bunyi knalpot kendaraan bermotor, bunyi peluit polisi yang sedang mengatur lalu lintas, bunyi gesekan angin dengan kendaraan bermotor, dan juga bunyi desiran daun yang digoyang oleh angin. Bunyi-bunyian bisa dianggap merupakan bunyi "alami" dan "netral". "Alami" karena bunyi ini merupakan bunyi yang sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari2 saya, sedangkan netral karena bunyi-bunyi tersebut tidak berarti apa2 buat saya, tidak membuat saya sedih, senang ataupun yang lainnya.
Jenis bunyi yang alami namun tidak netral menurut saya adalah suara yang dikeluarkan oleh manusia pada saat bercakap2. Suara yang keluar dari mulut manusia dan menghasilkan kalimat sarat dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh pembicara berikut sudut pandangnya. Kadang kalimat tersebut tidak akan memberi pengaruh apapun. Namun kadang suatu kalimat bisa menjadi pencetus terjadinya pertengkaran.
Hari ini, saya sedang bekerja di depan komputer saya. Melalui pintu ruangan, saya bisa mendengar percakapan bos dengan beberapa orang rekan kerja. Meskipun maksud hati tidak ingin mendengar, namun bagian-bagian percakapan tetap saja terdengar. Benar kata pepatah, tukang nguping tidak akan mendengar hal baik mengenai dirinya. Itu juga yang terjadi pada saya. Karena yang saya dengar hanya sepotong-sepotong, maka saya mengambil kesimpulan berdasarkan data yang saya miliki sehinggak akhirnya kesimpulan yang saya dapat malah membuat semangat saya jatuh. Akhirnya saya keluar dari ruangan dan pergi ke ruangan rekan yang lain karena saya tidak ingin terus mendengar hal-hal yang bisa membuat saya kesal.
Kembali ke bunyi, bunyi berupa suara yang saya dengar saya kelompokkan sebagai suara yang "tidak netral" karena penuh dengan interpretasi pembicara terhadap tindakan yang dilakukan oleh objek yang dibicarakan. Karena saya dengan GR merasa kalau saya adalah objek yang dibicarakan, maka saya memilih untuk pergi sebelum mood saya hancur sama sekali. Sayangnya, semangat bekerja saya sudah hilang tak berbekas. Alhasil, jadilah tulisan ini.
NB: jangan percaya semua tulisan di atas ya. soalnya rasanya isinya pembenaran semua :D
0 Comments:
Post a Comment
<< Home