Friday, May 20, 2005

Shanghai

Mendengar kata "Shanghai" mungkin yang pertama terlintas di kepala penggemar film kungfu adalah film Jacky Chen yang berjudul "Shanghai Noon". Saya sendiri belum pernah menonton film tersebut jadi tidak tahu seperti apa gambaran Shanghai di film itu. Tetapi kota ini memang sering disebut dalam banyak cerita maupun film.

Shanghai merupakan kota perdagangan dan pelabuhan di bagian selatan Sungai Yang Tze. Kota ini dibelah dua oleh sebuah sungai besar dengan air yang coklat tetapi penataan tepi sungai yang rapi. Di satu sisi sungai berdiri Shanghai Tower dan gedung-gedung modern, sedangkan di sisi lainnya bangunan bergaya kolonial tetapi dipertahankan dan menjadi daerah perbelanjaan dan perkantoran, terutama bank. Di belakang daerah perbelanjaan terdapat sebuah plaza eksklusif yang banyak dikunjungi oleh expat di kota ini. Plaza yang tertata rapi ini terdiri atas beberapa rumah berarsitektur kolonial yang digunakan untuk pub, kafe dan toko suvenir. Di ujung plaza terdapat sebuah rumah yang diubah menjadi klab eksklusif yang menurut kabar anggotanya hanya orang2 terpilih.

Saat saya ke sana, klab tersebut masih tertutup karena hari masih siang. Bagian depan klab seperti layaknya rumah-rumah bergaya Inggris dengan beranda kecil dengan anak-anak tangga untuk ke jalan. Tumbuhan merambat dan beberapa pot bunga mempercantik bagian depan klab itu. Saat berdiri di depan rumah itu, saya membayangkan gentlemen's club tempat bangsawan Inggris jaman Victoria menghabiskan sebagian besar waktunya untuk sekedar minum-minum atau bermain kartu. Dalam sebagian besar novel yang saya baca, ketenangan klab eksklusif biasanya akan terkoyak oleh kedatangan sang tokoh utama yang biasanya digambarkan ganteng, kaya, single, entah terbuang dari masyarakat atau unreachable, dan jago bermain pedang, anggar atau menembak. Dan tentu saja untuk novel seperti itu sang tokoh utama akan mengalami hidup happily ever after. Karena saya membaca untuk menghibur diri dan bukan untuk berpikir, that's fine by me.

3 Comments:

At 5/20/2005 8:36 PM, Anonymous Anonymous said...

Plok....plok...plok...selamat, gambarnya cantik-cantik.

saya pernah liat liputan di TV tentang Shanghai. Rasanya tentang klab besar yang pernah ditutup waktu komunis lagi galak2nya. Sekarang udah dibuka lagi, dan pemiliknya udah jadi oma-oma. Tapi tetep aja dia senengnya berdansa-dansi. Jangan2 dia masih nunggu the unreachable mampir yaa....

 
At 5/20/2005 9:08 PM, Anonymous Anonymous said...

wah China ternyata begitu sangat berkesan bagimu ya Neng...apa karena ada pendekar disana? *wink2*

Shanghai, dari karakter kanji-nya artinya seaside city :) *iseng*

siberia

 
At 5/23/2005 8:50 AM, Blogger marpuah said...

yah begitu lah kira2, mbak..hehehe...

kalo si oma2 itu pemiliknya sih, berarti dia nggak nunggu the unreachable dong, tapi dia pengen dansa doang :)

hmm... seaside city ya... mungkin lebih tepatnya 'girli' alias pinggir kali :) *ngaco*

 

Post a Comment

<< Home