Friday, March 23, 2007

Di balik kesulitan ada keindahan

Beberapa minggu terakhir ini aku bisa meresapi pepatah yang mengatakan "It never rains but it pours" (mudah2an bener cara penulisannya) yang terjemahan bebasnya versi saya adalah sekalinya ada kerjaan semuanya datang pada saat yang bersamaan.

Itulah yang terjadi sejak minggu lalu. Kejadian pertama: tidak bisa menahan marah kepada atasan langsung. Alasannya sederhana saja, bosan mendengar komentar beliau mengenai data saya. Pertama kali saya menunjukkan hasil analisa saya (waktu itu saya masih baru dan masih sangat2 tidak mengerti apa2 mengenai metoda yang saya gunakan), beliau tidak memberi tahu bagaimana cara pengolahan data mentah yang sudah saya terima ini. Untung saja ada teman senasib sepenanggungan yang berbaik hati mengajari saya. Setelah saya berhasil mengolah data dan memperlihatkan plot data saya, komentar atasan adalah: "data kamu membosankan" *GUBRAKKK*

Karena reaksi saya memang lambat, saya cuma diam saja alias terkapar dengan sukses. Beberapa hari kemudian baru mengomel2 dalam hati, "Lha namanya juga data yang diambil dari alam. Kalo memang sudah begitu dari sananya mau diapakan lagi." Bos yang aneh.

Setelah pertemuan2 berikutnya, komentar beliau adalah: "data kamu terlalu bervariasi. coba cek lagi"

Sebagai anak buah yang penurut, saya ulang semua analisa. Hasilnya sebagian besar sama.
Komentar bos: "kalau begitu mesinnya yang salah."
Akhirnya keluarlah ledakan pertama dari saya: "kalau data saya salah karena mesin, berarti data Bapak juga salah dong. Wong ngukurnya bareng gitu kok." Bos langsung terdiam. Dan saya tidak mendengar keluhan beliau lagi selama sekitar 1 bulan.

Kemudian, beliau mulai membandingkan data saya dengan data anak buahnya yang lain. Bikin penasaran dan bikin saya ga pede aja. Seakan2 dia ga percaya dengan data saya. Selama itu juga dia masih bilang data saya terlalu bervariasi. Dan puncaknya adalah minggu lalu. Saya sudah sangat sangat sangat bosan mendengar komentar2 beliau. Saat beliau bilang bahwa beliau percaya data saya tapi mungkin saya harus mencek ulang data saya karena variasi yang terlalu tinggi, saya tidak bisa menahan sabar dan berkata dengan kasar: "Terima kasih, akhirnya Bapak percaya juga dengan data saya setelah 7 bulan." hehehehe... jujur aja, saya ga menyesal bicara begitu. Yang saya sesalkan adalah kenapa saya sampai kehilangan kesabaran dalam menghadapi beliau.

Akhirnya, saya putuskan untuk mengukur ulang beberapa data (sesuatu yang saya sebut sebagai "pengukuran abadi" alias "never ending measurement"). Jadi minggu lalu saya gunakan untuk mempersiapkan data yang akan diukur ulang berikut mempersiapkan data baru dengan metoda berbeda. Minggu ini diadakan pengukuran di sisi lain kota. Sedangkan analisa yang lain dilakukan dikantor saya. Alhasil, saya harus membagi waktu saya untuk melakukan kedua analisa.

Kejadian kedua, atasan cilik yang lucu (umurnya lebih muda, pintar, sering mengejek, untung aja lucu, jadinya saya bisa nahan diri) juga sudah mulai mengejar2 saya. Bukan karena cinta, tapi karena dia ingin saya segera memulai training untuk pekerjaan yang selama ini dia lakukan. Alhasil, sejak Senin hingga hari ini saya harus melembur hingga jauh malam untuk mempersiapkan segala sesuatunya.

"Misery likes company" katanya (mudah2an ini juga bener). Alias orang yang menderita senang kalo dengar orang lain juga menderita, dengan kata lain, cari temen... hehehe.... Untungnya, saya tidak sempat untuk mencari teman sependeritaan.... yah paling2 ninggalin offline message ke sana sini plus sms sana sini untuk pengumuman mengenai penderitaan saya.

Eniwei, justru karena kesibukan yang membuat saya harus melembur lah, maka saya beruntung bisa menikmati berbagai fenomena yang mungkin akan terlewatkan dalam kondisi normal. Saya bisa menyaksikan hujan salju yang begitu indah saat tengah malam di awal musim semi. Hari berikutnya, kerja keras saya dihadiahi Allah dengan pemandangan bulan sabit yang begitu cantik dengan latar belakang langit biru. Saat itulah saya baru menyadari bahwa bulan sabit tidak menghadap ke samping, tapi menghadap ke atas. Saya tidak akan pernah menyadarinya kalau saya tidak lembur sampai malam hari.

Selain itu, alhamdulillah, saya juga diberi berbagai kemudahan oleh Allah. Entah itu berupa supir bis yang dengan baik hatinya menanti saya yang berlari2 mengejar bis. Atau berupa kebaikan hati atasan cilik yang mengajari dan menjelaskan segala sesuatunya kepada saya dengan sabar. Dan kemudahan2 lainnya yang tidak disadari.

Alhamdulillah, selain ada kemudahan, dibalik kesulitan ternyata memang ada keindahan.

4 Comments:

At 3/25/2007 11:54 PM, Anonymous Anonymous said...

Fren, aku juga lagi dirundung kesulitan neh. Biasa, urusan anak.. wah bener2 diuji kesabaranku, dibalik itu dia semua kadang dia membuatku tersenyum bahagia.

 
At 3/26/2007 8:14 PM, Blogger miraykemuning said...

Wah neng, welcome to the jungle. Saya pernah ngalamin segala kejengkelan dan ledakan dulu. Tapi emang bener, dibalik semua itu Yang Maha Kasih gak pernah lalai memberi 'bonus' hal2 yang gak keperhatiin indahnya kalo kita enggak ngalamin kejengkelan itu he he he...keep the spirit high ya neng!! kopf hoch! (bener gak ya nulisnya?)

 
At 3/29/2007 4:58 PM, Anonymous Anonymous said...

wuaah neeng...aku juga udah pernah dan alhamdulillah udah terlewati...
ayoo tetap semangat..:D

 
At 4/03/2007 10:49 PM, Blogger marpuah said...

Lin, emang kita harus sabar menghadapi apa pun. entah itu anak, bos ataupun lainnya. dan kamu benar mi, bahwa Tuhan selalu kasih bonus untuk kita. kalo buat saya, bonusnya adalah bisa kerja dengan jendral kancil hehehe.... dia imut sih, jadinya aku hepi2 aja. makasih mbak buat dukungan. harap teruskan dukungannya biarpun udah pulang ke tanah air :D

 

Post a Comment

<< Home