Tuesday, August 29, 2006

Malam Museum

Meskipun penduduk Kiel hanya seperdelapan penduduk Bandung (250 ribu jiwa), ibu kota Schleswig Holsten ini memiliki sekitar 24 museum. Ada museum negeri (Kieler Stadtmuseum), galeri negeri (Stadtgalerie), museum bahari, museum percetakan, museum sejarah sampai museum geologi. Pada hari biasa, kebanyakan museum memungut biaya masuk, sama seperti museum-museum di Bandung. Tapi setahun sekali, museum2 tersebut melakukan acara bersama yang dinamakan Malam Museum atau Museum Nacht. Pada acara tersebut, museum akan buka hingga tengah malam, bahkan lebih.


Tahun ini, Malam Museum diadakan pada hari Jumat minggu lalu, 25 Agustus, dan dimulai sekitar pukul 7 malam hingga lewat tengah malam. Dengan membayar 8 euro saya bisa mengunjungi seluruh museum yang terlibat dalam Malam Museum. Setelah membayar, pengunjung akan mendapatkan gelang bertuliskan Museum Nacht yang bisa dipergunakan sebagai tanda masuk untuk museum-museum yang akan dikunjungi dan juga untuk naik bis umum pada malam itu.

Setiap museum yang terlibat dalam Malam Museum tahun ini berusaha menarik pengunjung dengan caranya masing2. Sebagian besar museum berusaha menarik pengunjung dengan live music, balet ataupun tarian. Namun ada juga yang berusaha menarik pengunjung dengan cara lain. Museum Geologi dan Paleontologi Universitas Kiel yang memperagakan batuan sedimen yang mengandung fosil moluska (keong-keongan) misalnya. Museum ini menawarkan kegiatan anak-anak berupa cara mempersiapkan contoh fosil dari batuan dengan cara memecahkan batuan hingga mendapatkan fosil yang diinginkan. Dalam perjalanan dari kampus menuju Museum Sejarah Universitas Kiel, saya bisa melihat antusiasme anak-anak dalam mempersiapkan fosil.

Acara yang ditawarkan oleh Museum Sejarah antara lain berupa presentasi, peragaan penggunaan komputer dalam arkeologi, peragaan hasil eksperimen pembuatan tanur yang digunakan oleh nenek moyang orang Eropa beberapa ribu tahun yang lalu, dan kegiatan anak-anak berupa peragaan berbagai peralatan Jaman Batu. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa ribuan tahun yang lalu, nenek moyang orang Eropa harus berusaha keras menyalakan tanur selama 24 jam untuk mendapatkan sebongkah kecil bijih besi.

Museum kedua yang saya kunjungi adalah Stadtmuseum yang memperagakan foto-foto Kaisar Prusia, Wilhelm II dengan judul "Der Kaiser im Bild". Saya datang tepat pada waktunya untuk mendengarkan duo biola dan gitar. Stadtmuseum tidak terlalu besar sehingga saya tidak tinggal terlalu lama di sana.


Keuntungan tinggal di Kiel adalah ukuran pusat kota yang relatif kecil sehingga sebagian besar museum yang terletak berdekatan dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Meskipun malam itu gerimis, tapi saya menjumpai cukup banyak orang dalam perjalanan menuju museum ketiga. Hal ini menunjukkan antusiasme penduduk Kiel dalam memanfaatkan kesempatan ini.

Museum ketiga dalam daftar kunjungan saya malam ini adalah Kunsthalle yang terletak di seberang Aquarium Universitas. Kunsthalle memperagakan patung2 dan relief terkenal dari Yunani, seperti relief dari Kuil Parthenon, dan juga berbagai jenis tembikar. Untuk menarik pengunjung, museum mengadakan acara live music pada jam-jam tertentu.

Saya tidak berlama-lama di Kunsthalle karena saya berniat untuk melihat balet di Stadtgalerie yang rencananya akan diadakan pada pukul 11 malam. Sebagian besar museum yang menarik pengunjung dewasa adalah museum yang berkaitan dengan seni dan menawarkan live music. Sedangkan museum yang menarik pengunjung keluarga adalah museum yang berkaitan dengan keilmuan dan menawarkan kegiatan anak-anak yang menarik.

Seperti halnya Kunsthalle, Stadtgalerie juga cukup padat karena live music yang ditawarkan sangat menarik. Selain itu, tepat tengah malam akan diadakan Pesta Dansa dengan tema Brazilian Night. Tidak heran jika semakin malam pengunjung galeri ini semakin banyak.

Stadtgalerie memperagakan foto-foto menarik mengenai Brazil. Foto-foto itu tidak hanya memperlihatkan pemandangan hutan tropis yang membuat saya teringat pada Indonesia, tapi juga tema lainnya. Tepat pukul 11 acara yang saya tunggu-tunggu dimulai. Balet yang diperagakan adalah balet modern yang terbagi dalam beberapa bagian sesuai dengan tata ruang galeri dengan bagian tengah galeri sebagai “panggung” utama. Sayangnya, saya tidak bisa menonton hingga akhir karena saya harus mengejar bis terakhir.

Hujan rintik-rintik yang menyambut saya saat keluar dari galeri tidak menghalangi penduduk Kiel untuk datang ke Stadtgalerie ataupun ke museum lainnya. Kota jadi terasa hidup dengan banyaknya orang di jalan. Dalam perjalanan pulang saya berpikir seandainya Bandung mengadakan hal yang sama.


dedicated to my family

2 Comments:

At 8/30/2006 8:04 PM, Blogger Yulini said...

Rin, seru juga ya disana... ntar kalo kami mo main kesana di pas-in aja ya pas malam museum he2..

 
At 9/01/2006 4:01 PM, Blogger marpuah said...

Lin, kalo gitu kamu datangnya sekitar bulan agustus aja. sekalian agustusan bareng sama saya di sini hehehe....

 

Post a Comment

<< Home